Yuk Lebih Dekat dengan Virus Nipah yang Lagi  Viral Berikut Mengurangi Risiko Penularan

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Ketika kita berbicara tentang virus-virus yang mungkin menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia, salah satu yang patut diperhatikan adalah Virus Nipah. Virus ini, meskipun relatif jarang terjadi, memiliki potensi untuk menyebabkan wabah yang mematikan. Mari kita telaah lebih dalam tentang virus Nipah.

Asal Usul Virus Nipah

Virus Nipah pertama kali diidentifikasi pada tahun 1999 di Malaysia, ketika wabah penyakit misterius menyerang petani babi dan pekerja kebun kelapa. Penyakit ini dinamai sesuai dengan tempat asalnya, Desa Sungai Nipah. Virus ini juga ditemukan di negara lain seperti Bangladesh dan India.

Penyebab Penyakit Nipah

Nipah adalah virus yang termasuk dalam keluarga Paramyxoviridae. Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar buah dan babi. Manusia dapat tertular melalui konsumsi produk hewan yang terinfeksi atau melalui kontak langsung dengan sekresi atau ekskresi hewan yang terinfeksi.

Gejala Penyakit Nipah

Gejala penyakit Nipah pada manusia dapat berkisar dari gejala ringan hingga parah. Gejala awal dapat mencakup demam tinggi, sakit kepala berat, mual, muntah, dan kebingungan. Dalam kasus yang lebih parah, penyakit ini dapat berkembang menjadi ensefalitis (peradangan otak), menyebabkan gangguan kesadaran, kejang, dan bahkan kematian.

Pencegahan dan Pengobatan

Tidak ada vaksin khusus yang tersedia untuk mencegah infeksi Nipah pada manusia. Pencegahan utama melibatkan langkah-langkah seperti menghindari kontak dengan hewan yang mungkin terinfeksi dan menghindari konsumsi produk hewan yang terinfeksi. Selain itu, langkah-langkah kebersihan yang baik juga penting untuk mencegah penyebaran virus ini.

Pengobatan untuk infeksi Nipah terbatas, dan dukungan medis intensif sering kali diperlukan bagi pasien yang terinfeksi. Obat antivirus tertentu dapat digunakan, tetapi efektivitasnya belum terbukti sepenuhnya.

Kegentingan dan Ancaman Nipah

Salah satu alasan utama mengapa virus Nipah menjadi perhatian adalah tingkat kematalityas tinggi yang terkait dengannya. Selain itu, virus ini juga dapat dengan mudah beradaptasi dan berpindah dari hewan ke manusia, dan penularannya dapat cepat meluas dalam populasi manusia jika tindakan pencegahan yang tepat tidak diambil.

Selain itu, ketika wabah Nipah terjadi, dampaknya bisa sangat merugikan bagi masyarakat dan ekonomi lokal. Terutama karena pengurangan drastis dalam pemotongan dan pemusnahan hewan yang terinfeksi, yang dapat memengaruhi mata pencaharian petani dan pengusaha peternakan.

Virus Nipah adalah ancaman serius bagi kesehatan manusia yang perlu diwaspadai. Keberlanjutan penelitian dan upaya pencegahan yang lebih baik sangat penting untuk menghindari wabah yang merugikan di masa depan. Pendidikan masyarakat tentang cara menghindari penularan virus ini juga krusial. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang virus Nipah, kita dapat bersama-sama menjaga kesehatan dan keamanan masyarakat serta ekosistem alam yang kita bagikan.

Cara Mengurangi Risiko Penularan

Virus Nipah saat ini jadi perbincangan menyusul berita kematian dua warga India akibat virus tersebut. Lantas, seperti apa penularan virus Nipah dan adakah cara mencegahnya?

Virus Nipah atau NiV adalah virus zoonotik yang menular dari hewan ke manusia. Virus ini juga bisa menular lewat makanan dan kontak antar-manusia.

Inang alami virus Nipah adalah kelelawar buah yang berasal dari famili Pteropodidae.

Mengutip cnnindonesia.com Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 1999 silam. Kala itu, wabah menyerang kalangan peternak babi dan siapa pun yang berkontak erat dengan hewan pembawa di Malaysia dan Singapura.

Kebanyakan infeksi pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan babi yang sakit.

Berikutnya, wabah virus ini juga meradang di Bangladesh dan India pada 2001 silam. Konsumsi buah atau produk buah yang terkontaminasi dengan urine atau air liur kelelawar yang terinfeksi diduga menjadi sumber utama penularan.

 

Penularan virus Nipah

Mengutip CDC, pada dasarnya, virus ini menular melalui cairan seperti darah, urine, dan air liur dari hewan yang terinfeksi. Kontak dengan hewan yang terinfeksi dapat meningkatkan risiko penularan.

Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui produk makanan yang telah terkontaminasi cairan hewan yang terinfeksi. Misalnya saja, kurma atau buah-buahan yang terkena air liur kelelawar pembawa virus Nipah.

Penularan virus Nipah dari manusia ke manusia juga telah dilaporkan terjadi di antara keluarga dan perawat pasien yang terinfeksi.

Pada orang yang terinfeksi, virus ini dapat menyebabkan berbagai penyakit dari infeksi asimtomatik (tanpa gejala) hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis atau radang otak.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko penularan. Berikut cara mengurangi risiko penularan virus Nipah.

 

1. Cuci bersih buah dan kupas sebelum dikonsumsi.

2. Buah dengan tanda gigitan kelelawar harus dibuang.

3. Sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya harus dipakai saat menangani hewan yang sakit.

4. Sebisa mungkin hindari kontak dengan hewan yang terinfeksi.

5. Cuci tangan secara teratur setelah merawat atau mengunjungi orang yang sakit juga dapat mengurangi risiko penularan virus Nipah.

WHO Antisipasi Calon Penyakit-penyakit Baru

Setelah pandemi Covid-19 memporak porandakan dunia hampir tiga tahun belakangan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai mengantisipasi ancaman wabah lain di masa depan.

WHO baru-baru ini merilis daftar patogen prioritas yang dimungkinkan bisa menjadi wabah di masa depan. Daftar itu didapat melalui berbagai proses ilmiah yang terus dimutakhirkan.

Dirilisnya daftar itu ditujukan untuk menjadi panduan penelitian dan pengembangan (R&D) global. Penelitian terutama berkaitan dengan vaksin, pengujian, hingga perawatan.

Menukil laman resmi WHO, sebanyak 300 ilmuan dilibatkan dalam pertemuan perdana yang diadakan pada 18 November lalu. Para ilmuan itu akan mempertimbangkan bukti lebih dari 25 keluarga virus dan bakteri, serta "Penyakit X."

Penyakit X disertakan untuk menunjukkan patogen yang tidak diketahui tapi dapat menyebabkan epidemi internasional yang serius. Para ahli akan merekomendasikan daftar patogen prioritas yang memerlukan penelitian dan investasi lebih lanjut.

Proses tersebut mencakup kriteria ilmiah dan kesehatan masyarakat. Kriteria yang terkait dengan dampak sosial ekonomi, akses, dan kesetaraan juga ikut dilibatkan.

Daftar patogen yang dimungkinkan menjadi wabah di masa depan sebenarnya bukan hal yang baru. Daftar ini pertama kali diterbitkan pada 2017 dan latihan prioritas terakhir dilakukan pada 2018.

Mengutip cnnindonesia.com, daftar saat ini termasuk Covid-19, demam berdarah Krimea-Cong, penyakit virus Ebola dan penyakit virus Marburg, demam Lassa, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), penyakit Nipah dan henipavirus, demam Rift Valley, Zika dan Penyakit X.

"Hal ini sangat penting untuk respon epidemi dan pandemi yang cepat dan efektif. Tanpa investasi R&D yang signifikan sebelum pandemi Covid-19, vaksin yang aman dan efektif tidak akan mungkin dikembangkan dalam waktu singkat," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Michael Ryan.***